Aku seperti terdampar di kota ini. Kota yang sebenarnya tak jauh dari tanah kelahiranku, tapi sebuah lautan memisahkan kami. Sendiri aku terpaku sepi, menatap langit yang mulai menghitam. Deburan ombak menggariskan pasir pantai di kakiku. Matahari terlihat hanya seujung pulpen, tenggelam dibawah lautan luas. Sejenak ku berfikir untuk kembali ke kampung halaman dengan berenang mengarungi lautan ini, tapi sekarang niat itu sudah jauh-jauh ku buang. "ah....bodohnya aku, bila matahari saja bisa tenggelam bagaimana aku bisa selamat sampai di pelukan ibu", bathinku.
Matahari sudah benar-benar menghilang, lampu-lampu di pantai ini pun mulai menghiasi jalanan dan tubuh perhotelan yang tersebar di pinggiran pantai. Tak terasa sudah setengah jam lebih aku disini, "menunggu adalah hal yang sangat menyebalkan bagiku", gerutuku mengikuti irama sebuah lagu yang pernah tenar di zamannya. Tak lama berselang handphone di saku celanaku berdering, ku lihat sejenak pada nama kontak yang menelponku, 'CINTA 143' begitulah nama yang tertera di layar.Dengan sedikit rasa kesal ku angkat telpon tersebut.
"halo sayang", kata suara di seberang.
"iya", jawabku singkat dengan nada kesal.
"kok nadanya gak enak gitu..???"
"iya sayangku manisku, I Love You", jawabku kemudian.
"udah lama ya..??", timpalnya.
Dengan nada sedikit mengejek aku jawab "belum kok, bokongku saja belum berakar". Dia hanya tertawa dan tertawa, entah apa yang ditertawakan olehnya. Apakah mungkin dia tertawa diatas penantianku...???
"lagi dimana sih..???", sudah cukup juga aku menunggu disini menahan sedikit rasa lapar.
"di hatimu...", jawabnya mengikuti kata-kata iklan beberapa tahun lalu.
"Aku udah nunggu laaamaaaaa lhooooo....????". Tetapi sudah tak ada respond lagi dari cinta, setelah ku lihat layar handphone ku ternyata panggilan sudah di putus secara sepihak oleh cinta.
"C I N T A A A A A . . . . ! ! !", aku berteriak seperti orang gila sampai-sampai semua orang yang ada di pantai ini melihatku. Alangkah malunya diriku saat itu, kalau disana ada toko bangunan dan masih buka tentunya ingin rasanya aku membeli skop dan semen untuk menggali pasir pantai dan mengubur diri hidup-hidup. "he he he, maaf...", kataku sambil tersenyum-senyum sendiri kepada mereka yang sedari tadi melihatku. Lengkaplah sudah kegilaanku awal malam ini.
CINTA ya itulah nama seorang gadis, yang sesuai dengan namanya sangat aku cintai. Sejenak ku rebahkan tubuhku di pasir dengan aroma laut yang semakin menusuk hidung.
Bigitu banyak cara yang bisa ia lakukan untuk mencintai dan membuatku bahagia. Tapi aku..??? Aku tak punya satu carapun untuk mencintainya. Saat ku pejamkan mataku terlihat jelas indah kedua kelopak matanya, bulu matanya yang lentik, dan bola hitam yang riang bermain di dalamnya. Saat ku tarik nafasku dalam, tercium aroma wangi tubuhnya, terasa hembusan nafasnya dengan sangat nyata seolah kami sedang berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Terasa dengan jelas hangat bibirnya di keningku, saat ku buka mata.. 0-0
"eh, malah molor disini dia".
"udah lama.?", tanyaku kepada bidadari mungil yang jongkok diatasku, bidadari inilah yang tadi membangunkan semua lamunanku dengan cara yang sangat ku suka.
"belum kok say, kakiku saja belum berakar tuh", ledeknya.
"eh..???", aku terperanjat karena ia membalikkan kata-kataku tadi.
Belum sempat aku berdiri dengan sempurna, ia langsung mendekapku. Tak tahan diperlakukan seperti ini, aku coba untuk berontak. Cinta tetap tak mau melepaskan pelukannya, bahkan ia semakin mempererat pelukannya. Ku arahkan kedua tanganku ke pungungnya.
Kami terdiam cukup lama, terpaan angin lut di malam ini tak menggoyahkan hangat tubuhnya dari tubuhku. "I Love You", sebuah kata yang diucapkanya cukup pelan tapi dengan arti yang sangat besar. Ku longgarkan sedikit pelukanku agar bisa ku lihat wajah cantik bidadari ini. Ku lihat bibirnya yang tipis mengembangkan senyuman yang sangat manis dan menggoda, ku kecup keningnya "I Love You Too", kataku dengan berbisik di telinganya.
Matanya terpejam lalu terbuka kembali, senyum manisnya semakin melebar dan .... Plok....!!! suara yang naris sama terdengar kembali diatas kepelaku di bagian yang nyaris sama juga dengan letaknya yang pertama. Tak butuh waktu lama ada cairan kental yang turun dari rambutku menuju mukaku yang gak seberapa tampan tapi cukup membuat hati para wanita deg degan. Bersamaan dengan berubahnya aroma laut menjadi amis-amis telur ayam.
"Happy Aniversary sayang", katanya dengan senyum yang masih sangat menggoda.
"sial....gak kayak gini juga kali caranya", makiku dengan senyum.
Tak lama waktu berlalu, ada segerombolan umat manusia berlari menuju tempat kami bercumbu. Hatiku berdebar tak karuan, ada sekitar 15 orang berlari ke arah kami seperti srigala yang 5 bulan belum makan melihat ada anak domba yang tersesat. Penerangan di pantai ini sepertinya kurang membantuku melihat dengan jelas. Baru setelah jarak lima meteran aku bisa melihat dan mengenali siapakah manusia srigala itu sebenarnya. Gleg, aku hanya bisa menelan air liurku ketika teman-temanku mengitari kami dan menyiramkan cairan berwarna kearah kami.
"sial, gua dikerjain", makiku dalam hati. Lalu terpintas dalam hati buat ngerjain balik. Seketika ku lepas pelukanku dan ku pejamkan mataku rapat-rapat.
"yank...????", panggil cinta perlahan. Ku jatuhkan tubuhku begitu saja ke pasir.
"sayang", cinta sedikit berteriak.
"yank kamu kenapa..???", terdengar suaranya sedikit cemas. Lalu terdengar riuh teman-temanku berteriak memanggil namaku. Terdengar ada suatu pendapat yang entah siapa orangnya kurang jelas juga suaranya, "dia udah lama kali nunggu kamu disini, dan belum makan dari tadi, makanya dia pingsan".
"sayaaank", suara cinta begitu dekat sekali di telingaku dan kalau aku tidak salah duga dia sedang menangis. Tessss, benar saja setetes air matanya jatuh di pipiku. Entah apa yang terjadi tapi terasa dengan jelas sebuah bibir mencium bibirku. hangat dan hmmmmmm, aroma nafas yang begitu kental di hidungku. Aku sangat yakin kalau cinta yang menciumku, ingin membuat nafas buatan rupanya dia tetapi tidak begitu paham akan trik membuat nafas buatan, yang ada ini adalah ciuman pembangkit gairah, hahahaha ^_^
"happy aniversary", kataku seraya membuaka mata dan memeluk leher belakangnya.
"jahat", ucapnya kesal. dia bangkit berdiri dan memukul dadaku dengan manja.
Joni angkat bicara "tau gitu gua aja tadi yang kasih nafas buatan". Joni adalah salah seorang temanku yang sampai sekarang belum jelas jenis kelaminnya.
"ogah", tolakku mentah-mentah disusul dengan tawa dari teman-temanku.
Acara dilanjutkan dengan makan-makan dan sialnya kali ini aku yang traktir semua teman-temanku. "hey, makan apa nih", tanyaku kemudian karena aku tidak memperhitungkan kalau tamu tak diundang yang datang akan sebanyak ini.
"ayam bakar donk", icha yang menjawab sementara yang lain hanya mengangguk tanda setuju. "lu biasa makan nasi aking, makan ayam bakar gak apa-apa nih?", ledekku.
"emang kenapa?", icha bengong mendengar jawabanku.
"gak gua takut aja, belum abis tu ayam lu udah empat kali bolak-balik WC", terkadang kami kalau sudah saling ledek memang sedikit keterlaluan, tetapi kami semua sadar kalau itu adalah murni becanda bukan dari hati.
"eiitz...hati hati kalau bicara kisanak", icha menaikkan lengan bajunya. Aku tak menjawab tantangan dari icha hanya melemparkan senyum lebar dan mengusap perutnya, lalu ku tinggalkan begitu saja icha yang sedang ditertawai oleh teman-temanku.
Aku memilih restoran yang ayam bakarnya paling enak dan harganya tidak terlalu mahal, bisa dibilang paling murah dari semua restoran yang berdiri di pinggir pantai ini. Aku tau itu karena aku dan cinta sering kesini setidaknya satu bulan sekali. "bang ayam bakarnya 17 porsi", pesanku.
"siap komandan", si abang yang jualan ngajak becandaan juga rupanya. Sebenarya umurnya sudah 35 tahunan dan anaknya pun sudah 3 tapi dia tak pernah mau dipanggila bapak (kecuali oleh anak-anaknya tentunya), "biar awat muda", itulah jawaban setiap ada yang memanggilnya bapak.
Selesai memesan aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang menyebarkan aroma kurang sedap, aku takut rumah makan ini ditingglakan pelanggannya kalau aku lama-lama disini. "ini yank", cinta memberiku sebuah tas. Awalya aku sangka isinya bom (aku masih trauma dengan bom bali yang pernah mengguncang Indonesia beberapa tahun lalu, makanya ketika cinta memberiku sebuah tas yang cukup besar aku sedikit enggan menerimanya), setelah ku lihat ternyata isinya adalah pakaian ganti, lega rasanya karena aku tak jadi pengantin bom malam ini. Belum sempat aku melangkahkan kaki icha sudah menarik bajuku, "kenapa lu? mencret? baru nyium asepnya aja udah mencret", sontak semua temanku tertawa keras.
"piss cha", jawabku seraya mengacungkan jempol dan jari telunjukku.
"salah woy", joni ambil bicara. "lu kira mau maen perang-perangan, peace itu gini", sambil dia acungkan telunjuk dan kelingkingnya.
"iya", jawabku ketus.
Acara makan bersama untuk memperingati hari jadianku dengan cinta yang telah menginjak usia satu tahun ini ditemani lantunan lagu dari group band Sheila On 7 yang berjudul KITA suasana menjadi begitu ramah dan hangat.
Langit begitu cerah malam ini, 143.712 bintang bersinar di langit yang tak biru, menambah meriah suasana hatiku saat ini. Kemudian aku segera tersadar, sejak kapan aku menghitung bintangnya ada 143.712 buah..???
Nah lho....tau darimana ya..???
"pulang yuk, udah malem nih", risaka memberi saran. Ku toleh alroji yang ada di pergelangan lengan kiriku sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "iya udah, yuk", jawabku karena ku lihat wajah teman-temanku juga sudah mulai lelah.
Setelah membayar tagihan yang cukup menghabiskan seperempat gejiku sebulan itu kami pulang. Rumah pertama yang ku tuju adalah rumah cinta. Karena memang jarak rumahnya dari pantai ini sekitar 15 menit saja. Sesampainya di rumah ia sudah ditunggu oleh orang tuanya, aku berbasa-basi sebentar dan menjelaskan kejadian malam ini, akhirnya orang tuanya mengerti dan tetap menganggap aku sebagai calon menantu yang baik. :)
"Aku pulang dulu sayang, I Love You", ku bisikkan kata itu ditelinganya sebelum ku kecup bibirnya.
"I Love You Too, hati-hati ya di jalan kalau ada lampu merah berhenti", jawabnya. ini adalah ritual perpisahan yang sudah sangat saya hafal. Karena satu tahun kami pacaran, pasti seperti ini yang kami lakukan setiap saya mau pulang dari rumahnya.
Belum sempat aku keluar dari halaman rumahnya, cinta memanggilku "sayank".
"iya", jawabku
"hmmmmm, aku boleh tanya satu hal gak ke kamu", pintanya.
"sejak kapan ku larang kau bertanya, emang mau nanya apaan sih", ku lihat raut mukanya sedikit serius.
"setelah satu tahun kita jalani bersama..." cinta menghentikan kata-katanya sejenak.
"lalu?", jawabku penasaran.
"aku mau tanya. Apakah aku ini cinta sejatimu?", sebuah pertanyaan sederhana yang sebenarnya sangat mudah untuk ku jawab tetapi selalu berat untuk diucapkan.
"bila ku jawab TIDAK engkau mau apa, lantas bila aku jawab IYA apa yang akan terjadi", tanyaku mengulur waktu.
"yang kau jawab malam ini akan menentukan esok hari".
"oke aku jawab, IYA engkau adalah cinta sejatiku".
"makasih ya sayank", timpalnya seraya berjalan mendekatiku.
"akan tetapi......kau juga harus tau, cinta sejati tak pernah berakhir bahagia", kataku dengan kemantapan hati yang sangat kuat. "maksudnya..???", cinta seperti bingung mencerna kata-kataku.
"iya....cinta sejati tak pernah berakhir bahagia", suaraku sedikit keras dengan ritme yang sedikit ku perlambat.
"sayank", cinta berlari mendekapku dan menangis di pelukanku.
"ah...alangkah lemahnya aku yang tak pernah bisa melihat air mata itu", kutukku dalam hati.
"kamu serius sayank", cinta berkata dengan linangan air mata di pipinya membuat semua yang ada disini terdiam.
"ya....aku serius", tak sanggup aku menatap wajahnya yang dipenuhi air mata itu.
"kamu jahat", ia menamparku dan berlari meningalkan aku dan tema-teman begitu saja.
"cinta", panggilku keras saat dia hendak masuk ke rumahnya,cinta menoleh ke arahku.
"Cinta sejati itu tak pernah berakhir bahagia, sebab cinta sejati tak akan pernah berakhir", ku lengkapi kata-kataku tadi.
"so sweet", ledek teman-temanku.
Cinta mentup pintunya perlaha dan sekilas ku lihat senyumnya yang sangat manis itu. Jika apa yang ku jawab malam ini menentukan esok hari, maka malam ini pula aku tetap tak tau apa yang akan terjadi padaku dan cinta di esok hari. Yang aku tau sekarang aku sangat mencintainya dan sangat membutuhkan kehadirannya di dalam pelukanku, masalah hari esok adalah hari esok karena esok adalah misteri tuhan. Kerjakan saja apa yang ada sekarang, karena lambat laun hari esok pasti akan tetap datang. Yakinlah dengan apa yang kau kerjakan maka engkau akan yakin untuk menghadapi hari esok.
Kami pulang ke rumah masing-masing, kecuali aku. Karena aku tak punya rumah disini jadi lebih tepatnya pulang ke kostan. Ku buka pintu kamarku dan ku nyalakan lampu. Ku lihat gitar yang tergeletak tak berdaya di samping lemari bajuku. "maafkan aku sayang", ku kecup senar gitar itu dan ku mainkan sebuah lagu TEMANI AKU dari So7
"yank kamu kenapa..???", terdengar suaranya sedikit cemas. Lalu terdengar riuh teman-temanku berteriak memanggil namaku. Terdengar ada suatu pendapat yang entah siapa orangnya kurang jelas juga suaranya, "dia udah lama kali nunggu kamu disini, dan belum makan dari tadi, makanya dia pingsan".
"sayaaank", suara cinta begitu dekat sekali di telingaku dan kalau aku tidak salah duga dia sedang menangis. Tessss, benar saja setetes air matanya jatuh di pipiku. Entah apa yang terjadi tapi terasa dengan jelas sebuah bibir mencium bibirku. hangat dan hmmmmmm, aroma nafas yang begitu kental di hidungku. Aku sangat yakin kalau cinta yang menciumku, ingin membuat nafas buatan rupanya dia tetapi tidak begitu paham akan trik membuat nafas buatan, yang ada ini adalah ciuman pembangkit gairah, hahahaha ^_^
"happy aniversary", kataku seraya membuaka mata dan memeluk leher belakangnya.
"jahat", ucapnya kesal. dia bangkit berdiri dan memukul dadaku dengan manja.
Joni angkat bicara "tau gitu gua aja tadi yang kasih nafas buatan". Joni adalah salah seorang temanku yang sampai sekarang belum jelas jenis kelaminnya.
"ogah", tolakku mentah-mentah disusul dengan tawa dari teman-temanku.
Acara dilanjutkan dengan makan-makan dan sialnya kali ini aku yang traktir semua teman-temanku. "hey, makan apa nih", tanyaku kemudian karena aku tidak memperhitungkan kalau tamu tak diundang yang datang akan sebanyak ini.
"ayam bakar donk", icha yang menjawab sementara yang lain hanya mengangguk tanda setuju. "lu biasa makan nasi aking, makan ayam bakar gak apa-apa nih?", ledekku.
"emang kenapa?", icha bengong mendengar jawabanku.
"gak gua takut aja, belum abis tu ayam lu udah empat kali bolak-balik WC", terkadang kami kalau sudah saling ledek memang sedikit keterlaluan, tetapi kami semua sadar kalau itu adalah murni becanda bukan dari hati.
"eiitz...hati hati kalau bicara kisanak", icha menaikkan lengan bajunya. Aku tak menjawab tantangan dari icha hanya melemparkan senyum lebar dan mengusap perutnya, lalu ku tinggalkan begitu saja icha yang sedang ditertawai oleh teman-temanku.
Aku memilih restoran yang ayam bakarnya paling enak dan harganya tidak terlalu mahal, bisa dibilang paling murah dari semua restoran yang berdiri di pinggir pantai ini. Aku tau itu karena aku dan cinta sering kesini setidaknya satu bulan sekali. "bang ayam bakarnya 17 porsi", pesanku.
"siap komandan", si abang yang jualan ngajak becandaan juga rupanya. Sebenarya umurnya sudah 35 tahunan dan anaknya pun sudah 3 tapi dia tak pernah mau dipanggila bapak (kecuali oleh anak-anaknya tentunya), "biar awat muda", itulah jawaban setiap ada yang memanggilnya bapak.
Selesai memesan aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang menyebarkan aroma kurang sedap, aku takut rumah makan ini ditingglakan pelanggannya kalau aku lama-lama disini. "ini yank", cinta memberiku sebuah tas. Awalya aku sangka isinya bom (aku masih trauma dengan bom bali yang pernah mengguncang Indonesia beberapa tahun lalu, makanya ketika cinta memberiku sebuah tas yang cukup besar aku sedikit enggan menerimanya), setelah ku lihat ternyata isinya adalah pakaian ganti, lega rasanya karena aku tak jadi pengantin bom malam ini. Belum sempat aku melangkahkan kaki icha sudah menarik bajuku, "kenapa lu? mencret? baru nyium asepnya aja udah mencret", sontak semua temanku tertawa keras.
"piss cha", jawabku seraya mengacungkan jempol dan jari telunjukku.
"salah woy", joni ambil bicara. "lu kira mau maen perang-perangan, peace itu gini", sambil dia acungkan telunjuk dan kelingkingnya.
"iya", jawabku ketus.
Acara makan bersama untuk memperingati hari jadianku dengan cinta yang telah menginjak usia satu tahun ini ditemani lantunan lagu dari group band Sheila On 7 yang berjudul KITA suasana menjadi begitu ramah dan hangat.
Langit begitu cerah malam ini, 143.712 bintang bersinar di langit yang tak biru, menambah meriah suasana hatiku saat ini. Kemudian aku segera tersadar, sejak kapan aku menghitung bintangnya ada 143.712 buah..???
Nah lho....tau darimana ya..???
"pulang yuk, udah malem nih", risaka memberi saran. Ku toleh alroji yang ada di pergelangan lengan kiriku sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "iya udah, yuk", jawabku karena ku lihat wajah teman-temanku juga sudah mulai lelah.
Setelah membayar tagihan yang cukup menghabiskan seperempat gejiku sebulan itu kami pulang. Rumah pertama yang ku tuju adalah rumah cinta. Karena memang jarak rumahnya dari pantai ini sekitar 15 menit saja. Sesampainya di rumah ia sudah ditunggu oleh orang tuanya, aku berbasa-basi sebentar dan menjelaskan kejadian malam ini, akhirnya orang tuanya mengerti dan tetap menganggap aku sebagai calon menantu yang baik. :)
"Aku pulang dulu sayang, I Love You", ku bisikkan kata itu ditelinganya sebelum ku kecup bibirnya.
"I Love You Too, hati-hati ya di jalan kalau ada lampu merah berhenti", jawabnya. ini adalah ritual perpisahan yang sudah sangat saya hafal. Karena satu tahun kami pacaran, pasti seperti ini yang kami lakukan setiap saya mau pulang dari rumahnya.
Belum sempat aku keluar dari halaman rumahnya, cinta memanggilku "sayank".
"iya", jawabku
"hmmmmm, aku boleh tanya satu hal gak ke kamu", pintanya.
"sejak kapan ku larang kau bertanya, emang mau nanya apaan sih", ku lihat raut mukanya sedikit serius.
"setelah satu tahun kita jalani bersama..." cinta menghentikan kata-katanya sejenak.
"lalu?", jawabku penasaran.
"aku mau tanya. Apakah aku ini cinta sejatimu?", sebuah pertanyaan sederhana yang sebenarnya sangat mudah untuk ku jawab tetapi selalu berat untuk diucapkan.
"bila ku jawab TIDAK engkau mau apa, lantas bila aku jawab IYA apa yang akan terjadi", tanyaku mengulur waktu.
"yang kau jawab malam ini akan menentukan esok hari".
"oke aku jawab, IYA engkau adalah cinta sejatiku".
"makasih ya sayank", timpalnya seraya berjalan mendekatiku.
"akan tetapi......kau juga harus tau, cinta sejati tak pernah berakhir bahagia", kataku dengan kemantapan hati yang sangat kuat. "maksudnya..???", cinta seperti bingung mencerna kata-kataku.
"iya....cinta sejati tak pernah berakhir bahagia", suaraku sedikit keras dengan ritme yang sedikit ku perlambat.
"sayank", cinta berlari mendekapku dan menangis di pelukanku.
"ah...alangkah lemahnya aku yang tak pernah bisa melihat air mata itu", kutukku dalam hati.
"kamu serius sayank", cinta berkata dengan linangan air mata di pipinya membuat semua yang ada disini terdiam.
"ya....aku serius", tak sanggup aku menatap wajahnya yang dipenuhi air mata itu.
"kamu jahat", ia menamparku dan berlari meningalkan aku dan tema-teman begitu saja.
"cinta", panggilku keras saat dia hendak masuk ke rumahnya,cinta menoleh ke arahku.
"Cinta sejati itu tak pernah berakhir bahagia, sebab cinta sejati tak akan pernah berakhir", ku lengkapi kata-kataku tadi.
"so sweet", ledek teman-temanku.
Cinta mentup pintunya perlaha dan sekilas ku lihat senyumnya yang sangat manis itu. Jika apa yang ku jawab malam ini menentukan esok hari, maka malam ini pula aku tetap tak tau apa yang akan terjadi padaku dan cinta di esok hari. Yang aku tau sekarang aku sangat mencintainya dan sangat membutuhkan kehadirannya di dalam pelukanku, masalah hari esok adalah hari esok karena esok adalah misteri tuhan. Kerjakan saja apa yang ada sekarang, karena lambat laun hari esok pasti akan tetap datang. Yakinlah dengan apa yang kau kerjakan maka engkau akan yakin untuk menghadapi hari esok.
Kami pulang ke rumah masing-masing, kecuali aku. Karena aku tak punya rumah disini jadi lebih tepatnya pulang ke kostan. Ku buka pintu kamarku dan ku nyalakan lampu. Ku lihat gitar yang tergeletak tak berdaya di samping lemari bajuku. "maafkan aku sayang", ku kecup senar gitar itu dan ku mainkan sebuah lagu TEMANI AKU dari So7
Biarlah malam berlalu
Dan biarkan saja bintang-bintang yang berjumlah 143.712 itu di langit
Tak perlu kau usik apa yang memang bukan hakmu
Cinta
Untukmu ku beri tahu
Cinta sejatiku ya kamu
Tapi cinta sejati tak harus bersatu
Cinta sejati tak harus bahagia
Biarlah tuhan yang mengaturnya
Dan cinta sejatiku tetaplah kamu cinta
Meski kisah ini telah tercoreng oleh banyak kebohongan
Meski kisah ini telah terbanjiri oleh air mata
Tetapi kisah ini tetaplah yang terindah yang pernah ada
Cinta...
Namamu telah terpatri dalam jiwaku
Cinta...
Kasih sayangmu telah menyatu dalam darahku
Cinta...
Cintamu adalah hati dan jantungku
Cinta...
Aku 'kan selalu ada untukmu sampai raga ini tak bernyawa
Aku 'kan menyayangimu selama darahku masih berwarna merah
Aku 'kan selalu mencintaimu
Engkau akan selalu hadir dalam mimpiku , Hingga pagi menjelang
0 Response to "The Story Of Love : CINTA SEJATI"
Post a Comment